Rabu, 29 Januari 2014

kritik tari



Kritik Tari

1.      Pengertian kritik
Kritik sepanjang sejarahnya menjadi sebuah wacana yang kurang menyenangkan untuk seseorang yang terkena, karena tidak jarang pengertian kritik selalu dikaitakan dengan persesi tentang “celaan”, “makian”, “gugatan “,“penelenjangan” atau “korektif”. Akibatnya orang yang terkena kritik menjadi kesal, merasa direndahkan, dilecehkan, tidak dihargai, atau dibantai. Kenyataan tersebut ada benarnnya, walaupun kritik tidak selalu bertujuan demikian. Karena setiap pernyataan atau temuan (thesis) sekalu diikuti dengan pernyataan atau temuan yang baru sebagai anti thesisnya. Ini semacam hukum alam yang terus terjadi sepanjang sejarah umat manusia. Pengertian kritik menurut beberapa tokoh antara lain :
a.        R. C. Kwant dalam bukunya “Mens en Kritiek” (Manusia dan Kritik) mengartikan, Kritik adalah penilaian atas kenyataan yang dihadapi dalm sorotan norma atau kritik adalah penilaian atas nilai yang intesubjektif (Sudarminto, 1884).
b.      Istilah “kritik” berasal dari bahasa Yunani, yaitu berasal dari kata “krites” (kata benda) yang berasal dari kata kerja “krinein” yang mempunyai pengertian menghakimi. Kata “Krineim” bersumber dari kata “Kriterion” yaitu kreteria, sehingga kata itu diartikan sebagai kreteria atau dasar penghakiman. Orang yang melakukan pekerjaan menghakimi disebut dengan “kritikos”.
c.       William Henry Hudson dalam bukunya An Introduction to The Study of Literature menyebutkan “Kritik dalam arti yang tajam adalah penghakiman”

Beberapa pengertian yang telah dikemukakan, menunjukan bahwa kritik dibutuhkan dalam kehidupan, terutama dalam kebudayaan umat manusia. Bahkan secara mendasar menusia membutuhkan “respon” dan juga “merespon” orang lain. Hanya saja pengertian yang lebih mengkhusus “kritik” dibutuhkan tata cara atau metode penyampaian. Bahkan adanya yang menekankan, bahwa kritik yang dilontarkan harus memiliki kadar subyektivitas dan juga bertanggung jawab.

2.      Wujud Kritik
Kritik dapat diperhatikan beradarkan dari wujud pengungkapannya, yaitu setidaknya ada dua yaitu :
a.        Krtitik pra-predikatif, artinya kritik yang belum menemukan predikat yang kongkrit. Kritik pra-predikatif tidak dapat dikenali secara jelas, tetapi dapat dirasakan kehadirannya melalui sikap seseorang atau sekelompok orang. Kritik pra-predikatif merupakan sebuah sikap antara sadar dan tidak sadar mereaksi sesuatu dengan tindakan tertentu, seperti berdecak, atau menggaruk-garuk kepala tanda tidak setuju dengan pernyataan seseorang, dan berbagai bentuk lain. Pada intinya, kritik pra-predikatif dilontarkan dalam bentuk tindakan untuk mereaksi sesuatu, tidak terkecuali anggukan kepala tanda seseorang yang mengagumi penampilan seseorang.
b.      kritik predikatif, yaitu kritik yang telah terwujud dalam media ungkap tertentu, bisa dalam bentuk wujud lisan (kritik verbal) dan kritik non-vebal, yaitu disampaikan melalui media tulis atau visual lainnya dalam setruktur tertentu.

3.      Kritik dalam tari
Kritik tari sebuah disiplin kritik memiliki pengertian tidak jauh berbada dengan pengertian kritik pada umumnya. Beberapa ahli telah mendeskripsikan pengertian kritik sebagai berikut :
a.       Edi Sedyawati, bahwa kritik menjadi bagian yang tumbuh secara beriringan untuk meningkatkan proses kreaif. Artinya kritik sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas karya tari (koreogafi). Edy Sedyawati memahami kritik tari sebagai sebuah upaya yang mengarahkan disiplin kritik untuk memberikan motivasi, rangsangan, dan sekaligus sebagai sarana meningkatkan mutu koreogrfi.
b.      Bagong Kussudiardjo, sebagai berikut Kritik tari adalah memberikan jalan untuk lebih lancer memajukan serta meningkatkan nilai seninya, juga mengingatkan kesalahan yang dibuat oleh seorang penari, pencipta tari, dan ahlil tari.
c.       Pendapat yang lain dapat disimak dari pendangan Edmund Burke Feldman dalam bukunya: Art as image and Ide. Tujuan utama dari kritik adalah meningkatkan pengertian dan kenikmatan yang diberikan oleh karya seni, melalui pengkajian (penelaahan) yang mendalam tentang sebab-sebab kenikmatan dirasakan oleh nikmat karya seni.
d.      pengalaman estetik Stolnitz (1966) yang dikutip oleh HB Sutopo sebagai berikut kritik seharusnnya berupa aktivitas evaluasi yang memandang seni sebagai objek untuk pengalaman estetik. Pengalaman tersebut dihasilkan lewat kajian teliti atas kerya seni.
e.       pandangan Flaccus (1981) yang merumuskan kritik sebagai sebuah studi rinci dan apresiatif tentang kerya seni. Dari pendangan ini, di satu sisi kritik merupakan keyakinan dan semangat yuang lebih besar dari logika seorang pencinta seni yang berusaha mendukung karya, sedang di sisi lain ia meruapakan analisis cendikia dan teliti atas kerya seni disertai berbagai tafsir dengan alasan-alasannya
f.       S.D. Humardani memahami kritik sebagai sebuah penelitian mengenai bermacam-macam gejala dari berbagai sudut terhadap kerya atau kekaryaan seni dalam kehidupan seni. Usaha sebuah kritik adalah membuka jalan untuk memahami dan menentukan, atau mendudukan mana yang seharusnya terjadi dalam penyajian sebuah kerya seni secara bertanggung jawab.

4.      Kritik melalui estetika
Jelatik mengemukakan bahwa pemahaman kritik atau pertimbangan untuk bidang seni secara estetik dihadapkan pada aspek – aspek mendasar yang terdapat pada setiap peristiwa kesenian,, diantaranya:
a.       Wujud ( appearance)
b.      Bobot ( substance) serta
c.       Penampilan ( presentasion)

5.      Kritik melalui pendekatan etika
Pendekatan etika adalah pendekatan moralitas serta perilaku sosial oleh karena itu hendaknya kita mulai saja diskusi ini dengan mencoba mengetahui posisi etika secara keilmuan. Fokus dan obyek kritik adalah seniman, Seniman adalah makluh yang memiliki kepekaan rasa yang paling sensitif, salah – salah menyampaikan kritikan berakibat munculnya kondisi yang kurang menguntungkan dan biasanya terjadi penolakan, pertikaian atau lebih jauh terjadi permusuhan. Dengan alasan tersebut marilah kita pahami serta pelajari yang dapat menampilkan akibat buruk tersebut melalui pemahaman etika dikaitkan dengan ilmu moralitas.

Nilai estetika Tari

Estetis dapat diidentikan dengan keindahan yang tidak dapat dilepaskan dengan konsep-konsep yang ada pada filsafat. Keindahan dapat dibagi menjadi 2, yaitu keindahan ciptaan Tuhan, diantaranya pelangi, awan, gunung, lembah, dll. Dan keindahan ciptaan manusia, diantaranya lukisan, patung, karya musik, tari dll.
Nilai estetik dalam sebuah karya tari harus memiliki tingkat kebaikan dan kegunaan. Nilai estetik tari merupakan ekspresi pengaturan rasa, pengalaman jiwa, dan sikap seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Sebuah karya tari yang di dalamnya mengandung nilai estetis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Karya tari tersebut dapat mengungkapkan keharmonisan antara bentuk tari dan isi.
b.      Karya tari tersebut menarik atau menggugah.
c.       Karya tari tersebut dapat membawa penonton masuk ke dalam dunia khayal yang ideal.
d.      Karya tari tersebut dapat membebaskan penonton dari suasana ketegangan.
e.       Karya tari tersebut menyajikan suatu kebulatan organik.
f.       Karya tari tersebut dapat mendorong akal penonton menuju perpaduan mental dan spiritual.

Hasil Pengamatan Pertunjukan Tari

Tulisan hasil pengamatan pertunjukan tari diantaranya berisi data-data yang terdiri atas :
a.       Judul / nama tarian
b.      Penciptanya / koreografernya
c.       Sinopsis
d.      Jumlah penarinya
e.       Rias dan kostum yang digunakan
f.       Iringan yang digunakan ( internal/ eksternal )
g.      Bentuk dan setting panggung
h.      Tata pencahayaan
i.        Lamanya pementasan
j.        Properti yang digunakan
k.      Keunikan-keunikan yang dijumpai selama pertunjukan

Simbol Seni
Suzzane K. Lenger dalam bukunya Philoshopy in a New Key menyatakan bahwa, simbol tidak memiliki objek. Karena memahami simbol bukan memahami tentang objek, pemahaman selalu diarahkan pada konsep. Oleh karena itu, simbol dapat dibedakan menjadi dua, yaitu  :

1.      simbol diskursif adalah simbol yang digunakan dalam bahasa tulis dan lisan untuk keperluan komunikasi dengan pihal lain, jadi simbol ini lebih berupa penjelasan tentang sesuatu,
2.      simbol presentasif adalah berbentuk gambar, yaitu bahasa presentasi suatu makna.

Seni adalah sebuah realitas yang bukan realitas, tetapi bukan juga konsep, seni dipahami melalui simbol yang tidak hanya bersifat diskurif atau presentasi. Akan tetapi, seni itu adalah sebuah cara seseorang dalam menyatakan pengertian, gagasan, atau gambaran yang tidak sesungguhnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar